Begitulah kiranya gambaran wanita yang satu
ini. Ketegaran, ketabahan, ketaatan serta tak mengenal putus asanya,tidak salah
jikalau diibaratkankarang di tepi laut, yang tak goyah walaupun dihempaskan
oleh ombak yang mengamuk.Beliau adalah Hajar, istri dari Nabi Ibrahim ‘Alaihi
salam. Beliau merupakan putri dari bangsa Qibti (bangsawan mesir), yang
merupakan mantan budak dari Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim.
Dikarenakan Sarah belum memiliki anak, maka
Sarah memberikan Hajar kepada Nabi Ibrahim ‘Alaihi salam untuk dijadikan istri.
Dari pernikahan keduanya lahirlah seorang anak yang juga menjadi seorang nabi,
yaitu Nabi Ismail ‘Alaihi salam. Ketika Nabi Ibrahim ‘Alaihi salam dalam
perasaan bahagia bersama Ismail kecil, Allah Ta’ala menurukan perintah agar
Nabi Ibrahim ‘Alaihi salam membawa Hajar dan Ismail kecil ke sebuah padang
tandus yang sekarang dikenal dengan kota Mekkah.
Wahai saudari seiman...
Apa yang ada dalam benak kalian tentang
perasaan Nabi Ibrahim ‘Alaihi salam ketika mendapatkan perintah itu??? Sungguh
tak dapat digambarkan perasaan beliau kala itu, ketika harus meninggalkan anak
dan istrinya sendirian di padang tandus yang tak bertuan. Namun, semua itu
harus beliau lakukan demi ketaatannya kepada Allah Ta’ala.
Ketika Nabi Ibrahim ‘Alaihi salam hendak meninggalkan
Hajar dan Ismail, Hajar mengikutinya dan bertanya barkali-kali, “Wahai Ibrahim
hendak kemanakah engkau, apakah kau akan meninggalkan kami di lembah yang
tandustak berpenghuni?”. Namun Nabi Ibrahim ‘Alaihi salam hanya diam seribu
bahasa. Sampai ketika Hajar bertanya, “Apakah ini perintah Allah Ta’ala”, Nabi
Ibrahim ‘Alaihi salam menjawab, “ya...”. Seketika itu Hajar berhenti mengikuti
Nabi Ibrahim ‘Alaihi salam.
Di sinilah ketabahanan dan kesabaran Hajar
diuji dengan ujian yang sangat berat. Ketika perbekalan habis dan Ismail
menangis karena kehausan yang sangat, beliau lari dari bukit Safa ke bukit Marwa
untuk mencari bantuan. Namun tak membuahkan hasil sedikitpun, dan pada
putaranketujuh beliau kembali kepada Ismail. Betapa terkejutnya beliau ketika
mendapati air berada di dekat kaki Ismail, dengan segera beliau berkata,
“Zam-zam, zam-zam (kumpullah, kumpullah)” dan membuat kolam untuk menampungnya.
Dengan limpahan karunia Allah Ta’ala berupa
air kepadanya, banyak manusia yang singgah dan memanfaatkan air
tersebut sampai sekarang. Dan peristiwa larinya Hajar dari bukit Safa ke bukit
Marwa Allahabadikan menjadi satu rukun dari rukun-rukun haji dan umrah, yaitu
sa’i. Semoga Allah Ta’ala merahmati ibunda Hajar yang telah mempersembahkaan
sejarah emas untuk dijadikan keteladanan bagi umat setelahnya.