“(aku mencintai kamu karena Alloh) sederet
kalimat yang sangat familiar ditelinga kita, tidak hanya kaum dewasa, bahkan
anak seusia sekolah dasar juga sangat mengenal kalimat ini. Diucapkan disaat
seseorang merasa memiliki perasaan sayang terhadap orang lain dan terbungkus
dalam aroma yang lebih syar’i. Disambut dengan perasaan gembira saat kalimat
itu dicapkan, namun tidak jarang terjadi sedikit kerancuan dalam menggunakan
kalimat ini, sehingga menimbulkan pemahaman yang sedikit keluar dari makna
kalimat yang sebenarnya.
Hakikat Ukhuwah Fillah
Salah satu dari tujuh golongan
yang mendapat naungan Alloh Ta’ala dimana saat itu tidak ada
naungan selain naunganNya adalah:
و رجلان تّحابا في الله اجتمعاعليه وتفرّقا عليه
”Dan dua orang yang saling mencintai karena
Allah yaitu keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah
karena Allah ”(HR. Bukhari: 620)
Salah satu kenikmatan yang Alloh berikan kepada orang yang saling
mencintai karenaNya adalah sebuah naungan pada suatu saat tidak ada naungan
selain naunganNya. Maka sebuah rangkaian yang menghubungkan antara satu hati dengan hati yang lain
atas dasar ketaatan kepada Allah inilah yang disebut dengan ukhuwah fillah.
Dengan adanya sebuah ukhuwah inilah akan terjalin sebuah ikatan, baik kepada
Allah maupun orang lain. Sedangkan hubungan hati antara satu dengan yang lain
adalah titik permulaan dalam sebuah kebersamaan. Walaupun diantara mereka tidak
ada hubungan kekerabatan akan tetapi Alloh jadikan mereka seperti saudara.
Sehingga Alloh menjadikan hubungan hati ini sebagai salah satu anugrah yang
diberikan kepada orang yang beriman, berdasarkan firmanNya:
وَأَلَّفَ
بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً مَّا أَلَّفَتْ
بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Dan Dialah yang menyatukan di antara
hati mereka (yang beriman). Kalaulah engkau belanjakan segala (harta benda)
yang ada di bumi, nescaya engkau tidak dapat juga menyatu padukan di antara
hati-hati mereka, akan tetapi Allah telah menyatupadukan di antara (hati)
mereka. Seungguhnya Ia Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana" (QS. Al-Anfal:63).
Maka kalimat uhibbukum fillah yang
sering terdengar merupakan kalimat yang dapat tergambar dari hadits berikut:
Anas Radhiallaahu ‘anhu
meriwayatkan, “Ada seorang laki-laki di sisi Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam. Tiba-tiba ada sahabat lain (laki-laki) yang berlalu. Laki-laki
tersebut lalu berkata, “Ya Rasulullah, sungguh saya mencintai orang itu (karena
Allah)”. Maka Rasulullah bertanya “Apakah engkau telah memberitahukan
kepadanya?” “Belum”, jawab laki-laki itu. Rasulullah bersabda, “Maka bangkit
dan beritahukanlah padanya, niscaya akan mengokohkan kasih sayang di antara
kalian.” Lalu ia bangkit dan memberitahukan, “Sungguh saya mencintai anda
karena Allah.” Maka orang ini berkata, “Semoga Allah mencintaimu,
yang engkau mencintaiku karena-Nya.” (HR. Ahmad, dihasankan oleh Al-Albani).
Dari hadits tersebut
dapatlah dilihat ungkapan uhibbukum fillah tidak lazim digunakan
untuk hubungan seorang dalam jalinan kekasih-asmara dua sejoli yang saling bercinta, karena kalimat uhibbukum fillah
tidak berorientasi pada hal tersebut, tetapi bertujuan hanya untuk keridhoan
Allah Ta’ala, melanggengkan hubungan ukhuwah islamiyah
dan mendatangkan rahmat-Nya sehingga kalimat ini banyak digunakan oleh orang
yang saling mencintai karena Allah semata bukan karena nafsu syahwat. Maka
kalimat uhibbukum fillah dapat dikatakan kepada sesama muslim walaupun sesama
lelaki, bisa dikatakan juga oleh seseorang terhadap anaknya, saudara, paman,
ibu, bapak, guru, suami atau isteri, dan terhadap orang-orang yang
diperintahkan Allah untuk menjaga ukhwah islamiyah dan akan dapat mendatangkan
kecintaan kepada Allah serta keridhoan Allah kepadanya.
Cinta karena Allah dapat diartikan juga cinta kepada person
yang dicintai Allah seperti para nabi, rasul para sahabat nabi dan orang-orang
shalih. Cinta karena Allah juga berwujud cinta kepada perbuatan shalih seperti
shalat, puasa, zakat, berbakti kepada orang tua, memuliakan tetangga, berakhlak mulia, menuntut ilmu syar’i dan segala perbuatan yang baik lainnya. Dengan
demikian, ketika seorang muslim mencintai seseorang atau perbuatan maka dia punya barometer “ Apakah hadir pada
perbuatan tersebut suatu hal yang dicintai Allah”.
Bagaimana kita tahu kalau suatu perbuatan dicintai Allah? Jawabnya adalah,
apabila telah melakukan segala yang diperintahkan Allah atau yang diperintahkan
Rasulullah berupa hal yang wajib maupun yang sunah.
Penguat Ukhuwah
Hal yang harus diperhatikan oleh setiap orang yang
saling mencintai karena Allah Ta’ala adalah untuk terus melakukan evaluasi diri dari waktu
ke waktu. Adakah sesuatu yang menodai kecintaan tersebut dari berbagai syahwat
kepentingan duniawi. Selalu berusaha memperbaiki dan menguatkan hubungan hati,
kerena dengan kekuatan hati tersebut menjadi salah satu penyebab tetap
terjaganya konsistensi hubungan dengan Alloh.
Diantara penguat sebuah hubungan yang hanya mengharap
ridho Alloh adalah saling berlemah lembut, bermuka manis saat saling bertemu
dan saling bertegur sapa. Dalam sebuah hadis riwayat Aisyah Radhiallaahu ‘anha
disebutkan, bahwasanya “Allah mencintai kelemah-lembutan dalam segala sesuatu.”
(HR. al-Bukhari).
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjumpai
saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Termasuk yang membantu langgengnya cinta dan kasih
sayang adalah saling memberi hadiah antara satu dengan yang lain walaupun hanya
bernilai kecil. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Saling
berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang kedengkian. Saling memberi hadiah
lah kalian, niscaya kalian saling mencintai dan hilang (dari kalian)
kebencian.” (HR. Imam Malik).
Penguat lain adalah saling memberi nasihat bukan
berdasar permintaan dan keinginan hawa nafsu tetapi ini merupakan prinsip untuk
menunjukkan dan memberi kebaikan, menjelaskan kebenaran dan tidak menipu serta
berbasa-basi dengan mereka dalam urusan agama Allah. Termasuk didalamnya adalah
amar ma’ruf nahi mungkar, meskipun bertentangan dengan keinginan. Adapun
mengikuti kemauan yang keliru dengan alasan solidaritas, atau berbasa-basi
dengan mereka atas nama persahabatan, supaya mereka tidak lari dan meninggalkan
kita, maka yang demikian ini bukanlah tuntunan Islam. Berlapang dada dan
berbaik sangka salah satu sifat utama penebar kedamaian dan perekat ikatan persaudaraan.
Orang yang berlapang dada adalah orang yang pandai memahami berbagai keadaan
dan sikap orang lain, baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan. Dia
tidak membalas kejahatan dan kezhaliman dengan kejahatan dan kezhaliman yang
sejenis, juga tidak iri dan dengki kepada orang lain.
Buah Ukhuwah
Terbangunya sebuah ukhuwah diantara saudara
yang tidak lain hanya mengharap ridho Alloh Ta’ala maka tidak ada yang
timbul kecuali sebuah kebaikan yang selalu menyertainya. Diantara buah yang tumbuh
karena sebuah ukhuwah antara lain adalah mendorong ke arah ketaatan kepada Allah. Meninggalkan segala larangan Alloh
baik yang haram maupun makruh karena mereka memiliki penguat hati dalam sebuah
ketaatan. Timbul juga sebuah perasaan empati antara satu dengan yang lain,
perasaan ingin membantu dan saling memenuhi kebutuhan. Selalu berusaha
mendatangkan bentuan apabila membutuhkan pertolongan, dan kebutuhan untuk
saling menjaga antara satu dengan yang lain.
Berbagai kenikamatan lain yang muncul karena sebuah
naungan ukhuwah yang dibangun atas dasar keridhoan Alloh, karena semua yang
terbangun atas dasar Alloh tidak akan menimbulkan sesuatu kecuali hanya sebuah
kebaikan yang Alloh berikan kepada hamba tersebut. Semoga ukhuwah yang telah
kita bina menjadikan kita termasuk golongan yang mendapatkan naungan Alloh
dimana kelak tidak ada naungan selain naunganNya. Aamin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar