Minggu, 01 November 2015

BERTEDUH DIBAWAH NAUNGAN UKHUWAH






(aku mencintai kamu karena Alloh) sederet kalimat yang sangat familiar ditelinga kita, tidak hanya kaum dewasa, bahkan anak seusia sekolah dasar juga sangat mengenal kalimat ini. Diucapkan disaat seseorang merasa memiliki perasaan sayang terhadap orang lain dan terbungkus dalam aroma yang lebih syar’i. Disambut dengan perasaan gembira saat kalimat itu dicapkan, namun tidak jarang terjadi sedikit kerancuan dalam menggunakan kalimat ini, sehingga menimbulkan pemahaman yang sedikit keluar dari makna kalimat yang sebenarnya.
Hakikat Ukhuwah Fillah
Salah satu dari tujuh golongan  yang mendapat naungan Alloh Ta’ala dimana saat itu tidak ada naungan selain naunganNya adalah:
و رجلان تّحابا في الله اجتمعاعليه وتفرّقا عليه
”Dan dua orang yang saling mencintai karena Allah yaitu keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah ”(HR. Bukhari: 620)
          Salah satu kenikmatan yang Alloh berikan kepada orang yang saling mencintai karenaNya adalah sebuah naungan pada suatu saat tidak ada naungan selain naunganNya. Maka sebuah rangkaian yang menghubungkan antara satu hati dengan hati yang lain atas dasar ketaatan kepada Allah inilah yang disebut dengan ukhuwah fillah. Dengan adanya sebuah ukhuwah inilah akan terjalin sebuah ikatan, baik kepada Allah maupun orang lain. Sedangkan hubungan hati antara satu dengan yang lain adalah titik permulaan dalam sebuah kebersamaan. Walaupun diantara mereka tidak ada hubungan kekerabatan akan tetapi Alloh jadikan mereka seperti saudara. Sehingga Alloh menjadikan hubungan hati ini sebagai salah satu anugrah yang diberikan kepada orang yang beriman, berdasarkan firmanNya:
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً مَّا أَلَّفَتْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Dan Dialah yang menyatukan di antara hati mereka (yang beriman). Kalaulah engkau belanjakan segala (harta benda) yang ada di bumi, nescaya engkau tidak dapat juga menyatu padukan di antara hati-hati mereka, akan tetapi Allah telah menyatupadukan di antara (hati) mereka. Seungguhnya Ia Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana" (QS. Al-Anfal:63).

Maka kalimat uhibbukum fillah yang sering terdengar merupakan kalimat yang dapat tergambar dari hadits berikut:
            Anas Radhiallaahu ‘anhu meriwayatkan, “Ada seorang laki-laki di sisi Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Tiba-tiba ada sahabat lain (laki-laki) yang berlalu. Laki-laki tersebut lalu berkata, “Ya Rasulullah, sungguh saya mencintai orang itu (karena Allah)”. Maka Rasulullah bertanya “Apakah engkau telah memberitahukan kepadanya?” “Belum”, jawab laki-laki itu. Rasulullah bersabda, “Maka bangkit dan beritahukanlah padanya, niscaya akan mengokohkan kasih sayang di antara kalian.” Lalu ia bangkit dan memberitahukan, “Sungguh saya mencintai anda karena Allah.” Maka orang ini berkata, “Semoga Allah mencintaimu, yang engkau mencintaiku karena-Nya.” (HR. Ahmad, dihasankan oleh Al-Albani).
Dari hadits tersebut dapatlah dilihat ungkapan uhibbukum fillah tidak lazim digunakan untuk hubungan seorang dalam jalinan kekasih-asmara dua sejoli yang saling bercinta, karena kalimat uhibbukum fillah tidak berorientasi pada hal tersebut, tetapi bertujuan hanya untuk keridhoan Allah Ta’ala, melanggengkan hubungan ukhuwah islamiyah dan mendatangkan rahmat-Nya sehingga kalimat ini banyak digunakan oleh orang yang saling mencintai karena Allah semata bukan karena nafsu syahwat. Maka kalimat uhibbukum fillah dapat dikatakan kepada sesama muslim walaupun sesama lelaki, bisa dikatakan juga oleh seseorang terhadap anaknya, saudara, paman, ibu, bapak, guru, suami atau isteri, dan terhadap orang-orang yang diperintahkan Allah untuk menjaga ukhwah islamiyah dan akan dapat mendatangkan kecintaan kepada Allah serta keridhoan Allah kepadanya.
Cinta karena Allah dapat diartikan juga cinta kepada person yang dicintai Allah seperti para nabi, rasul para sahabat nabi dan orang-orang shalih. Cinta karena Allah juga berwujud cinta kepada perbuatan shalih seperti shalat, puasa, zakat, berbakti kepada orang tua, memuliakan tetangga, berakhlak mulia, menuntut ilmu syar’i dan segala perbuatan yang baik lainnya. Dengan demikian, ketika seorang muslim mencintai seseorang atau perbuatan maka dia punya barometer “ Apakah hadir pada perbuatan tersebut suatu hal yang dicintai Allah”. Bagaimana kita tahu kalau suatu perbuatan dicintai Allah? Jawabnya adalah, apabila telah melakukan segala yang diperintahkan Allah atau yang diperintahkan Rasulullah berupa hal yang wajib maupun yang sunah.

Penguat Ukhuwah
Hal yang harus diperhatikan oleh setiap orang yang saling mencintai karena Allah Ta’ala adalah untuk terus melakukan evaluasi diri dari waktu ke waktu. Adakah sesuatu yang menodai kecintaan tersebut dari berbagai syahwat kepentingan duniawi. Selalu berusaha memperbaiki dan menguatkan hubungan hati, kerena dengan kekuatan hati tersebut menjadi salah satu penyebab tetap terjaganya konsistensi hubungan dengan Alloh.
Diantara penguat sebuah hubungan yang hanya mengharap ridho Alloh adalah saling berlemah lembut, bermuka manis saat saling bertemu dan saling bertegur sapa. Dalam sebuah hadis riwayat Aisyah Radhiallaahu ‘anha disebutkan, bahwasanya “Allah mencintai kelemah-lembutan dalam segala sesuatu.” (HR. al-Bukhari).
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjumpai saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Termasuk yang membantu langgengnya cinta dan kasih sayang adalah saling memberi hadiah antara satu dengan yang lain walaupun hanya bernilai kecil. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Saling berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang kedengkian. Saling memberi hadiah lah kalian, niscaya kalian saling mencintai dan hilang (dari kalian) kebencian.” (HR. Imam Malik).
Penguat lain adalah saling memberi nasihat bukan berdasar permintaan dan keinginan hawa nafsu tetapi ini merupakan prinsip untuk menunjukkan dan memberi kebaikan, menjelaskan kebenaran dan tidak menipu serta berbasa-basi dengan mereka dalam urusan agama Allah. Termasuk didalamnya adalah amar ma’ruf nahi mungkar, meskipun bertentangan dengan keinginan. Adapun mengikuti kemauan yang keliru dengan alasan solidaritas, atau berbasa-basi dengan mereka atas nama persahabatan, supaya mereka tidak lari dan meninggalkan kita, maka yang demikian ini bukanlah tuntunan Islam. Berlapang dada dan berbaik sangka salah satu sifat utama penebar kedamaian dan perekat ikatan persaudaraan. Orang yang berlapang dada adalah orang yang pandai memahami berbagai keadaan dan sikap orang lain, baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan. Dia tidak membalas kejahatan dan kezhaliman dengan kejahatan dan kezhaliman yang sejenis, juga tidak iri dan dengki kepada orang lain.  

Buah Ukhuwah
Terbangunya sebuah ukhuwah diantara saudara yang tidak lain hanya mengharap ridho Alloh Ta’ala maka tidak ada yang timbul kecuali sebuah kebaikan yang selalu menyertainya. Diantara buah yang tumbuh karena sebuah ukhuwah antara lain adalah mendorong ke arah ketaatan kepada Allah. Meninggalkan segala larangan Alloh baik yang haram maupun makruh karena mereka memiliki penguat hati dalam sebuah ketaatan. Timbul juga sebuah perasaan empati antara satu dengan yang lain, perasaan ingin membantu dan saling memenuhi kebutuhan. Selalu berusaha mendatangkan bentuan apabila membutuhkan pertolongan, dan kebutuhan untuk saling menjaga antara satu dengan yang lain.
Berbagai kenikamatan lain yang muncul karena sebuah naungan ukhuwah yang dibangun atas dasar keridhoan Alloh, karena semua yang terbangun atas dasar Alloh tidak akan menimbulkan sesuatu kecuali hanya sebuah kebaikan yang Alloh berikan kepada hamba tersebut. Semoga ukhuwah yang telah kita bina menjadikan kita termasuk golongan yang mendapatkan naungan Alloh dimana kelak tidak ada naungan selain naunganNya. Aamin...

Tidak ada komentar: