Senin, 15 Agustus 2016

Menilik Urgensi Akhlak




عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي المِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ، وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ
Dari Abi Ad-Darda' Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat.”(HR. Tirmidzi (
Akhwati… Akhlak merupkan satu kata yang sangat tidak asing terdengar di telinga kita. Entah sadar atau tidak kita sendiripun pasti sering mengucapkan. Tidak diragukan lagi bahwasannya akhlak merupakan tabiat yang bisa diusahakan. Maknanya seseorang yang memiki tabiat yang baik dan akhlak yang baik tidak lain karena adanya usaha untuk menjadikan tabiat itu dengan usaha dan juga berlatih.
Akhlak yang baik bukanlah sikap baik yang tiba-tiba muncul dan juga tanpa adanya usaha. Bukan pula muncul beriringan dengan proses belajar materi akhlak, melainkan sebuah praktek yang dilakukan secara terus-menerus. Maka tak heran, jika kita berjumpa dengan seorang yang telah belajar meteri akhlak, namun masih membentak orang tua, berlaku kasar dengan tetangga, dan lain sebagainya, kerena tidak adanya prektek dari materi akhlak itu sendiri.
Karena begitu urgennya sebuah ahklak, hadits di atas memberikan sebuah pengagungan terhadap akhlak kelak di akhirat sebagaimana derajat orang yang mengerjakan sholat dan puasa. Sebagaimana juga ungkapan Imam Darul Hijrah, Imam Malik kepada seorang pemuda Quraisy:
تَعَلَّمَ الأَدَبَ قَبْلَ أَن تَتَعَلَّمَ العِلْمَ
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Perkataan di atas juga menunjukkan sangat urgennya sebuah akhlak bagi setiap orang. Sebagaimana para ulama salaf yang sangat menjaga akhlak mereka dalam kehidupan sehari-hari mereka. Karena akhlak juga merupakan salah satu bentuk penghormatan seseorang terhadap ilmu.
Sebagaimana rasulullah, seorang yang diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia juga pernah berdoa:
اللَّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ
Ya Allah, tunjukilah padaku akhlak yang baik, tidak ada yang dapat menunjukinya kecuali Engkau. Dan palingkanlah kejelekan akhlak dariku, tidak ada yang memalinggkannya kecuali Engkau.” (HR. Muslim)
Maka hendaklah selalu kita mengingat pesan Imam Syafi’i Ilmu itu bukan sebanyak yang dihafal melainkan sejauh mana engkau mengamalkannya. Wallahu a’lam bish shawwab…
Referensi:        Al Jami’ Al Kabir, 3/536.
                        Makaarim Al Akhlak, Sholeh Al Utsaimin, hal 8.
                        Shohih Muslim Baitul Afkar, hal 305.

Tidak ada komentar: